Oleh Dhevi Efiana*
“Bencana datang lagi, setelah gempa bumi, kini giliran banjir bandang dan tanah longsor. Di Jember, 103 orang tewas terseret arus. Ratusan rumah berantakan, tergenang dan dipenuhi lumpur. Sementara di Banjarnegara, Jawa Tengah, puluhan orang ditelan tanah. 34 orang ditemukan tewas, 142 lainnya dinyatakan hilang…”Fadly mengeraskan bacaan korannya. “Belum lagi bencana yang belum lama datang tsunami di Pangandaran yang menewaskan banyak orang. Hampir semua pantai selatan Jawa dan sekitarnya terkena musibah tsunami.“ Fadly selesai membaca korannya. Tiba-tiba ia merinding, “Hey, Ri”? ujarnya berlih ke Uri yang lagi asyik ber sms-an ria. “Jangan-jangan Allah SWT udah pergi dari negeri ini, ya?”Pergi! “Pergi kemana?? Emangnya Allah SWT itu Arjuna yang suka berkelana mencari cinta ?” “ Yah! Mungkin saja soalnya belakangan ini kan banyak Banget bencana, korbannya juga banyak. Atau jangan-jangan negeri ini sudah kelewat parah dosanya, terus Allah Swt jadi murka gitu…”Jawab Fadly.
“Mungkin” sahut Uri singkat, “atau ini semua cuma cobaan biar kita inget lagi.” “Bisa “ jawab Uri lagi.
“Hmmm…bencana-bencana ini yang susul menyusul, jangan-jangan hanya gejala kalau kiamat bener –bener udah deket?”
“Bisa juga begitu”. “Ugh..loe kalo diajak ngomong jawabanya singkat Banget ! ini soal serius, man soal bencana, soal eksistensi bumi dan semua penghuninya!” Uri menekan tombol send huruf, kata, serta kalimat berubah bentuk menjadi digit-digit angka. Dan sms itu langsung melesat entah kemana. “Jangan sok serius deh Dly” sahut Uri sambil memasukkan Hp-nya kedalam saku. “Segala bencana dan eksistensi bumi diurusin, emangnya loe mau nyaingin Allah swt? lah orang loe aja sering lupa gosok gigi, kok mau ngurusin bumi ?”
“Yee…bukan begitu, tapi ini soal bencana. Jangan-jangan kiamat emang bener-bener udah dekat…”
“Terus kalo kiamat emang udah dekt, loe mau apa? Dan bisa apa? Soal kiamat itu urusan langit” jawab Uri seenaknya.
Fadly Cuma cemberut, kalo lagi begitu wajahnya jadi mirip Tom Cruise tapi waktu Tom Cruise kebelet menahan pipis. “Eh Uri…kalo Allah swt saying umatnya kenapa, Dia menurunkan bencana?” ujar Fadly spontan. Uri mendelik “Iya…kenapa Allah swt menurunkan, kenapa orang-orang harus mati? Kenapa rumah-rumah hancur? Kenapa juga anak-anak yang masih sedikit dosanya harus jadi yatim piatu? Padahal, bukankah Allah Maha Penyayang?”todong Fadly
“iya ini emang bener-bener ga adil. Coba pikir deh, setiap ada bencana kita pasti menuduh ada peran Tuhan disana. Orang selalu mengaitkan Tuhan dengan dahsyatnya bencana dengann banyaknya orang-orang yang menjadi korban. Nama Tuhan seolah ngga pernah absen dalam setiap bencana. Sementara kalo ngebahas soal kemajuan teknologi, juga pemBangunan kita sama sekali ngga pernah menyebut, apalagi mengaitkannya dengan Tuhan. Seolah Tuhan hanya ada dibalik bencana, seolah Tuhan kita posisikan sebagai monster penghancur…”Fadly cuma melongo mendengarnya. Rasa takjub, takut, juga ngeri campur aduk di dadanya. Tapi ucapan Tuhan sebagai monster penghancur bener-bener bikin dia merinding. Keduanya lalu diam. “Ya..Tuhan, jangan jadikan rasa kehilangan orang-orang yang kami cintai membuat kami berburuk sangka kepada Mu…”Doa Fadly nyaris terisak. Lalu sebuah iklan muncul dilayar TV. Bencana, seperti juga peringatan tujuh belasan Agustus, sudah jadi tradisi, Tanya kenapa…? Kita cuma diam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar